Iklan Digital E-Commerce: Cara Agar Bisnis Bertahan & Tumbuh

Iklan Digital E-Commerce
Sumber: Freepik

Pertumbuhan e-commerce di Indonesia memang terlihat optimistis, namun kenyataannya tidak semua pelaku bisnis merasakan hasil yang sama. Banyak brand mengaku sudah memasang iklan digital e-commerce tetapi tetap mengalami penurunan profit sepanjang 2024. Di tengah dinamika digital yang semakin cepat, pengelolaan anggaran pemasaran membutuhkan strategi yang jauh lebih terarah agar ROI tetap positif di 2025 dan seterusnya.


Mengapa Iklan Digital E-Commerce Mulai Terasa Kurang Efektif?

Tidak sedikit brand menilai bahwa performa iklan melemah, padahal masalahnya lebih kompleks dari sekadar menambah budget atau membuat creative baru. Ada beberapa tantangan besar yang secara langsung memengaruhi efektivitas iklan digital e-commerce.


1. Fragmentasi Channel dan Perilaku Konsumen yang Berubah

Konsumen kini tidak lagi mengikuti jalur pembelian yang linear. Mereka bisa melihat produk di TikTok, membandingkan harga di marketplace, lalu menyelesaikan transaksi di website brand. Pola yang terfragmentasi ini membuat setiap touchpoint membutuhkan strategi dan alokasi anggaran berbeda. Itulah sebabnya iklan digital e-commerce harus mampu mengikuti perubahan perilaku multi-platform konsumen saat ini.


2. Penurunan Kinerja Iklan Digital

Meningkatnya biaya klik, algoritma yang semakin ketat, dan data historis yang tidak optimal membuat banyak brand kesulitan meningkatkan ROAS. Tanpa kualitas data yang memadai, proses optimasi di platform seperti Meta Ads atau Google Ads menjadi tidak stabil dan berdampak langsung pada konversi.


3. Krisis Data dan Turunnya Efektivitas Retargeting

Pembatasan pelacakan di iOS serta penghapusan cookie pihak ketiga menyebabkan retargeting tradisional kehilangan akurasi. Brand yang belum memiliki strategi pengumpulan first-party data—seperti email, database CRM, hingga loyalty program—akan semakin sulit menjangkau audiens dengan pesan yang relevan.


4. Persaingan Harga yang Tidak Sehat

Banyak brand terjebak perang harga demi bersaing. Tanpa diferensiasi yang kuat, iklan digital ini hanya menjadi ajang bakar uang, bukan alat menciptakan nilai. Hal ini tentu berpengaruh pada margin yang semakin tipis.


5. Sulitnya Mengukur Kinerja Iklan Digital E-Commerce Secara Menyeluruh

Data yang tersebar antara marketplace, website, CRM, dan dashboard iklan membuat analisis performa tidak utuh. Tanpa integrasi data dan atribusi multi-touch, banyak keputusan strategi yang akhirnya dibuat berdasarkan perkiraan, bukan insight nyata.

Baca Juga: Affiliate Marketing : Persaingan Baru di Dunia E-Commerce


Apakah Budget Iklan Masih Layak Dibayarkan?

Ya, bila digunakan dengan strategi yang tepat. Banyak brand global kini memprioritaskan efisiensi marketing spend, bukan sekadar memperbesar anggaran. Performa terbaik hadir ketika iklan digital e-commerce dikombinasikan dengan strategi jangka panjang dan data yang kuat.

Beberapa pendekatan yang terbukti efektif meliputi:

  • SEO dan konten berbasis search intent untuk menekan CPA.
  • Maksimalkan owned channel seperti blog, email, dan WhatsApp.
  • Kolaborasi komunitas dan micro-influencer.
  • Segmentasi berbasis first-party data untuk retargeting yang lebih akurat.
  • Automasi funnel dan CRM guna meningkatkan LTV dan mengurangi ketergantungan pada paid ads.

Pada akhirnya, keberhasilan bukan ditentukan seberapa besar budget iklan Anda, melainkan seberapa cerdas strategi yang digunakan dan seberapa terintegrasi data yang Anda miliki.


Ingin Iklan Digital E-Commerce Anda Lebih Menguntungkan?

Rocket Digital Agency siap membantu mengoptimalkan strategi omnichannel Anda mulai dari peningkatan ROAS, pengelolaan iklan, hingga pembangunan first-party data.
Pelajari juga pelatihan praktis di Rocket Digital Academy untuk meningkatkan kemampuan digital marketing tim Anda.


Baca Juga: Kesalahan Umum E-Commerce yang Mungkin Anda Abaikan

Penulis: Khurotul Aen