
Apa Itu Cost Per Impression?
Cost Per Impression atau CPI adalah model periklanan digital yang menghitung biaya yang dibayar oleh pengiklan setiap 1.000 tayangan iklan.
Dalam praktik global, istilah ini sering disebut sebagai Cost Per Mille (CPM), di mana “mille” berasal dari bahasa Latin yang berarti seribu.
Berbeda dengan model seperti Cost Per Click (CPC) atau Cost Per Action (CPA) yang hanya membebankan biaya saat terjadi interaksi (klik atau konversi).
CPI menitikberatkan pada seberapa sering iklan ditampilkan di layar audiens — bukan diklik atau ditindaklanjuti.
Baca juga: Google – Cost per action: Definition
Rumus CPI
Rumus dasar menghitung CPI adalah:
textCopyEditCPI = Total Biaya Iklan / (Jumlah Impression / 1000)
Contoh kasus:
- Biaya kampanye = Rp2.000.000
- Total tayangan iklan = 100.000
- Maka CPI = Rp2.000.000 / (100.000 / 1.000) = Rp20.000 per 1.000 impression
Apa Tujuan dan Fungsi Cost Per Impression (CPI) dalam Strategi Digital Marketing Itu?
Model CPI digunakan ketika tujuan utama kampanye adalah meningkatkan brand awareness.
Artinya, kamu ingin produk, layanan, atau brand kamu sering tampil di hadapan target audiens sebanyak mungkin.
Beberapa use-case spesifik dalam CPI:
- Peluncuran produk baru
- Kampanye branding jangka panjang
- Retargeting pengguna lama yang belum melakukan pembelian
- Menjangkau segmen pasar yang lebih luas
Kapan Harus Gunakan CPI?
Gunakan CPI jika:
- Brand kamu belum dikenal luas
- Kamu ingin membangun top-of-mind dalam kategori produk tertentu
- Tujuan utama kampanye adalah visibilitas, bukan konversi
- Audiens kamu bersifat mass market, bukan segmented
Kelebihan dan Kekurangan CPI
✅ Kelebihan CPI
Keunggulan | Penjelasan |
---|---|
Efektif untuk branding | Cocok untuk membangun awareness di fase awal customer journey |
Stabil dan bisa diprediksi | Biaya terukur per 1.000 tayangan |
Fleksibel digunakan di banyak platform | Google, Meta, TikTok, LinkedIn, semua bisa |
Cocok untuk remarketing | Menargetkan ulang user yang sebelumnya sudah terpapar brand kamu |
❌ Kekurangan CPI
Kekurangan | Penjelasan |
---|---|
Tidak menjamin interaksi | Impression ≠ klik atau konversi |
Berisiko terjadi ad fraud | Tayangan palsu oleh bot atau situs berkualitas rendah |
Susah mengukur ROI langsung | Karena tidak ada aksi konkret dari user |
Membutuhkan visual iklan yang kuat | Tanpa visual yang menarik, impression bisa sia-sia |
CPI vs Rumus Lainnya: Mana yang Harus Dipilih?
Model Iklan | Fokus | Cocok Untuk |
---|---|---|
CPI/CPM | Tayangan | Awareness & branding |
CPC | Klik | Traffic & engagement |
CPA | Aksi (konversi) | Penjualan & ROI |
Jika kamu sedang membangun kesadaran merek (ToFu), CPI adalah pilihan yang logis.
Tapi untuk tahap pertimbangan (MoFu) atau konversi (BoFu), sebaiknya kamu menggabungkannya dengan CPC atau CPA agar funnel marketing berjalan optimal.
Strategi Optimasi Kampanye CPI
Biar gak buang-buang duit, kamu wajib tahu cara maksimalin strategi CPI:
1. Gunakan Visual yang Menarik dan High-Impact
Karena kamu bayar tiap 1.000 tayangan, pastikan konten iklanmu:
- Eye-catching (warna kontras, gerakan dinamis)
- Mengandung branding jelas (logo, tone visual, tagline)
- Format yang sesuai: carousel, video pendek, GIF, dll.
2. Target Audiens yang Tepat
Gunakan data demografi, minat, dan behavior untuk mempersempit audiens:
- Jangan mentang-mentang mau awareness, terus asal nyebar
- Pastikan kamu hanya tampil di depan orang yang relevan
3. Gunakan Frequency Cap
Ini batasan jumlah tayangan iklan per user. Tujuannya:
- Biar audiens gak ngerasa “dibuntutin” terus
- Menghindari kelelahan visual (iklan dilihat berkali-kali tapi di-skip terus)
4. Pilih Placement yang Berkualitas
Hindari situs murahan. Pilih platform dengan:
- Viewability rate tinggi
- Reputasi brand safety
- Support tools seperti DoubleVerify, IAS, atau Moat
5. Gunakan Retargeting Pixel CPI
Kombinasikan strategi CPI dengan pixel Facebook/Google:
- Tangkap audiens yang sudah melihat iklan
- Buat iklan lanjutan untuk ajak mereka klik atau beli
Platform Iklan yang Mendukung CPI
CPI biasanya tersedia dalam bentuk bidding CPM (Cost Per Mille).
Berikut platform yang mendukung:
Platform | Fitur |
---|---|
Google Display Network (GDN) | Banner ads di berbagai situs |
Meta Ads (Facebook & Instagram) | Brand awareness dan reach objective |
YouTube Ads | Skippable dan bumper ads |
TikTok Ads | TikTok TopView, In-Feed Ads |
LinkedIn Ads | Sponsored content untuk B2B branding |
Programmatic Ads (DV360, The Trade Desk, dll.) | Iklan otomatis dengan targeting lebih detail |
Cara Menghindari Ad Fraud pada Model CPI
Karena kamu bayar berdasarkan jumlah tayangan, kamu perlu waspada pada impression palsu.
Tips cegah CPI fraud:
- Pasang filter pada placement situs berkualitas rendah
- Aktifkan ad verification tools (Moat, IAS, DoubleVerify)
- Pantau metrik seperti viewability, CTR yang anomali, dan bounce rate
- Jangan asal pilih network ad tanpa reputasi
Kesimpulan
CPI tetap efektif untuk membangun brand awareness, tapi kamu perlu:
- Visual yang stand out
- Audiens yang tepat
- Platform yang terpercaya
Kalau kamu hanya fokus pada angka tanpa memahami perilaku user di balik impression, yaa siap-siap buang budget iklan.
Tapi kalau kamu bisa gabungkan CPI dengan funnel marketing yang matang, efek jangka panjangnya luar biasa.
Kalau kamu ingin strategi digital marketing yang lebih optimal, kamu bisa banget konsultasi bareng tim ahli dari Rocket Digital Agency.
Yuk, mulai langkah pertamamu sekarang!
Penulis: Meilanda A.P