fbpx

Abandoned Cart: Pengertian, Penyebab, dan Cara Mengatasinya!

img= Abandoned Cart: Pengertian, Penyebab, dan Cara Mengatasinya!.
Sumber: iStock

Apa Itu Abandoned Cart?

Abandoned cart adalah situasi dalam e-commerce ketika seorang calon pelanggan telah memilih produk, menambahkannya ke keranjang belanja

Namun tidak menyelesaikan proses pembelian hingga transaksi final.

Artinya, pelanggan berhenti di tengah jalan—biasanya pada tahap checkout—tanpa melakukan pembayaran.

Fenomena ini sangat umum terjadi di dunia digital commerce dan merupakan salah satu tantangan utama yang harus diatasi oleh pemilik bisnis online.

Saat seseorang meninggalkan keranjang belanja tanpa menyelesaikan transaksi, potensi penjualan langsung hilang.

Bayangkan jika satu pelanggan meninggalkan keranjang senilai Rp500.000—jika itu terjadi 100 kali dalam sebulan, bisnis bisa kehilangan potensi omzet sebesar Rp50 juta.

Abandoned cart juga menjadi indikator bahwa terdapat hambatan dalam pengalaman pengguna (user experience)

Seperti proses checkout yang rumit, kurangnya kepercayaan, hingga minimnya opsi pembayaran.

Karena itu, memahami abandoned cart tidak hanya penting untuk meningkatkan penjualan, tetapi juga untuk memperbaiki alur pembelian pelanggan secara keseluruhan.

Mengapa ini penting?

Karena pelanggan sudah menunjukkan minat—bahkan sudah pada tahap akhir pembelian

Sehingga strategi pemulihan keranjang belanja (cart recovery) memiliki peluang konversi yang lebih tinggi dibandingkan menarik pelanggan baru dari awal.

Abandoned cart bukan sekadar masalah teknis, tetapi berkaitan langsung dengan psikologi konsumen, kepercayaan terhadap brand, serta efisiensi dan kejelasan dalam sistem belanja online yang Anda miliki.

Maka dari itu, bisnis perlu mengidentifikasi penyebab utamanya dan menyiapkan strategi untuk mencegah serta menanggulanginya secara sistematis.

Baca juga: Why is Shopping Cart Abandonment a Problem?

Penyebab Terjadinya Abandoned Cart (Keranjang Belanja Terbengkalai)

Dalam proses jual beli online, abandoned cart sering kali terjadi karena adanya hambatan di tahap akhir transaksi.

Meskipun pelanggan telah menunjukkan ketertarikan yang tinggi dengan menambahkan produk ke keranjang, berbagai faktor bisa menghentikan mereka dari menyelesaikan pembelian.

Berikut penjelasan mendalam mengenai penyebab utamanya:

1. Biaya Pengiriman yang Tidak Terduga atau Terlalu Mahal

Salah satu alasan paling umum mengapa pembeli batal checkout adalah biaya pengiriman yang baru muncul di akhir proses pembelian.

Banyak pelanggan merasa keberatan saat mereka sudah siap membeli, namun mendapati total harga meningkat secara signifikan akibat ongkos kirim.

Masalah ini biasanya muncul karena tidak adanya informasi biaya pengiriman sejak awal.

Pelanggan ingin transparansi — mereka ingin tahu berapa total yang harus dibayar, bahkan sebelum mereka klik tombol “Bayar Sekarang”.

Ketika informasi ini baru muncul di tahap akhir, mereka merasa seolah “tertipu” atau tidak siap secara psikologis dengan tambahan biaya tersebut

Sehingga memutuskan untuk membatalkan pembelian.

Solusi bisnis: tampilkan estimasi biaya kirim lebih awal, misalnya di halaman produk atau bahkan di header website menggunakan fitur “cek ongkir otomatis berdasarkan lokasi”.

2. Proses Checkout yang Kompleks atau Tidak Ramah Pengguna

Pengalaman checkout yang rumit menjadi penyebab besar lain dari abandoned cart. Misalnya:

  • Formulir terlalu panjang dan meminta terlalu banyak informasi
  • Tidak adanya progress bar yang menunjukkan seberapa jauh lagi proses selesai
  • Website lemot saat membuka halaman checkout
  • Tidak bisa checkout sebagai tamu (harus daftar dulu)

Semakin panjang dan membingungkan proses checkout, semakin besar peluang pengguna frustrasi dan meninggalkan situs.

Konsumen digital saat ini menginginkan pengalaman belanja yang cepat, intuitif, dan efisien.

Solusi bisnis: sederhanakan form checkout, hilangkan langkah yang tidak penting, gunakan autofill, dan berikan opsi checkout sebagai guest (tanpa login).

3. Opsi Pembayaran yang Terbatas

Pelanggan memiliki preferensi berbeda-beda soal metode pembayaran.

Jika toko online hanya menyediakan satu atau dua pilihan, misalnya hanya transfer bank manual atau kartu kredit, potensi pembeli bisa menurun drastis.

Misalnya, pelanggan yang terbiasa menggunakan e-wallet (seperti OVO, DANA, atau GoPay) akan meninggalkan transaksi jika metode tersebut tidak tersedia.

Hal ini juga berlaku untuk sistem pembayaran lokal atau cicilan tanpa kartu kredit yang kini semakin populer.

Solusi bisnis: integrasikan berbagai metode pembayaran, termasuk virtual account otomatis, e-wallet, QRIS, hingga paylater atau cicilan digital.

4. Gangguan Eksternal atau Hilangnya Minat Spontan

Tidak semua abandoned cart disebabkan oleh masalah teknis.

Ada juga faktor psikologis atau situasional, misalnya:

  • Pelanggan menerima notifikasi lain saat berbelanja (chat, media sosial, dll.)
  • Tiba-tiba harus melakukan hal lain (seperti menjawab telepon atau keluar rumah)
  • Setelah merenung sebentar, pelanggan merasa tidak terlalu butuh produk tersebut

Kondisi seperti ini tidak bisa sepenuhnya dicegah, namun tetap bisa direspons secara strategis.

Solusi bisnis: gunakan email abandoned cart yang ramah dan tidak memaksa, serta aktifkan retargeting ads untuk menyapa ulang pelanggan yang meninggalkan keranjang.

5. Kebijakan Pengembalian Produk yang Tidak Jelas

Kepercayaan sangat penting dalam transaksi online.

Jika pelanggan tidak yakin apakah mereka bisa mengembalikan barang jika tidak sesuai ekspektasi, mereka akan ragu-ragu menyelesaikan pembayaran.

Ketidakjelasan kebijakan retur sering kali muncul dalam bentuk:

  • Tidak adanya halaman khusus untuk informasi retur
  • Bahasa yang terlalu teknis atau membingungkan
  • Syarat dan ketentuan yang terlalu ketat

Ketika pelanggan tidak melihat jaminan kepercayaan dari brand, mereka lebih memilih mundur.

Solusi bisnis: buat halaman khusus “Return Policy” yang ringkas, jelas, dan mudah diakses.

Gunakan bahasa yang meyakinkan dan pastikan pelanggan tahu bahwa mereka bisa berbelanja tanpa risiko.

Strategi Mencegah Abandoned Cart

Untuk mengurangi tingkat abandoned cart, berikut beberapa strategi yang bisa diterapkan oleh toko online:

1. Permudah Proses Checkout

Minimalkan jumlah langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan pembelian.

Sediakan opsi “guest checkout”, buat form singkat, dan tampilkan progress bar agar proses terasa lebih mudah.

2. Transparansi Biaya sejak Awal

Gunakan kalkulator ongkir otomatis atau tampilkan tabel biaya kirim secara jelas di halaman produk agar pelanggan tidak terkejut saat checkout.

3. Tambahkan Beragam Opsi Pembayaran

Sediakan berbagai pilihan pembayaran seperti kartu kredit, e-wallet, QRIS, dan transfer bank agar pelanggan bisa memilih metode yang paling nyaman.

4. Berikan Insentif Tambahan

Tawarkan diskon khusus, gratis ongkir, atau hadiah untuk pelanggan yang menyelesaikan transaksi sebagai bentuk dorongan tambahan.

Cara Efektif Mengatasi Abandoned Cart

Ketika calon pembeli meninggalkan keranjang belanja tanpa menyelesaikan pembelian, artinya mereka sudah sangat dekat dengan konversi.

Maka, strategi yang digunakan untuk “mengambil kembali” mereka harus cepat, personal, dan persuasif. Berikut beberapa pendekatan paling efektif yang bisa kamu terapkan:

1. Retargeting Iklan (Remarketing Ads)

Apa itu retargeting?
Retargeting adalah strategi pemasaran digital yang menampilkan iklan kepada orang-orang yang sudah pernah mengunjungi website atau melihat produk tertentu, tetapi tidak menyelesaikan transaksi.

Mengapa ini efektif?
Karena targetnya adalah orang yang sudah tertarik sebelumnya.

Dengan bantuan Facebook Pixel atau Google Ads Remarketing Tag, kamu bisa:

  • Menampilkan iklan yang relevan (misalnya produk yang mereka tinggalkan di keranjang)
  • Memberikan reminder visual secara berkala di Instagram, Facebook, YouTube, atau situs lain yang mereka kunjungi
  • Menawarkan diskon atau bonus khusus dalam iklan tersebut

Contoh strategi:

  • Hari 1: Tampilkan iklan berisi gambar produk + headline “Masih Ingin Ini? Stok Terbatas!”
  • Hari 3: Tambahkan urgency, misalnya “Keranjangmu Masih Tersimpan. Dapatkan Diskon 10% Hari Ini Saja!”
  • Hari 5: Tambahkan testimoni pelanggan untuk memperkuat trust

Tools yang bisa digunakan:

  • Meta Ads Manager (Facebook/Instagram)
  • Google Display Network (GDN)
  • TikTok Ads untuk segmen Gen Z

2. Abandoned Cart Recovery Email

Email marketing adalah salah satu strategi konversi paling ampuh, terutama untuk cart recovery.

Email ditujukan ke pengguna yang sudah login dan meninggalkan keranjang tanpa menyelesaikan pembayaran.

Mengapa email ini penting?

  • Email adalah saluran yang sangat personal
  • Bisa langsung mengarahkan pengguna ke keranjang mereka dengan 1 klik
  • Bisa dikirim secara otomatis berdasarkan trigger waktu

Struktur email yang efektif:

  1. Judul yang menarik perhatian
    Contoh: “Oops, Barang Favoritmu Masih di Keranjang!”
  2. Isi yang singkat dan jelas
    “Kamu hampir saja menyelesaikan pembelian. Produk ini masih tersedia untuk waktu terbatas. Segera selesaikan checkout sebelum kehabisan!”
  3. Tautan langsung ke keranjang belanja
  4. Penawaran khusus (opsional)
    Berikan insentif tambahan seperti:
    • Diskon 10% jika checkout dalam 24 jam
    • Gratis ongkir
    • Bonus item kecil

Tools untuk otomatisasi email:

  • Mailchimp
  • Klaviyo
  • ConvertKit
  • ActiveCampaign

Email dapat dikirim dalam 3 tahap:

  • 1 jam setelah abandoned cart
  • 24 jam setelahnya dengan reminder
  • 72 jam kemudian dengan insentif terakhir

3. Tampilkan Review dan Testimoni

Salah satu alasan pelanggan batal membeli adalah keraguan.

Mereka mungkin belum yakin apakah produk akan sesuai harapan, apakah kualitasnya baik, atau apakah layanan pengiriman aman.

Apa yang bisa dilakukan?

  • Tambahkan review asli dari pelanggan di halaman produk
  • Sertakan foto pengguna (user-generated content)
  • Berikan testimoni video atau kutipan teks pendek di email pengingat dan iklan

Mengapa ini efektif?
Karena testimoni memberi bukti sosial (social proof), memperkuat kepercayaan, dan mengurangi rasa ragu.

Jika pelanggan lain puas, calon pembeli akan lebih terdorong menyelesaikan pembelian.

4. Live Chat & Notifikasi Exit Intent

Untuk pengguna yang masih aktif di halaman checkout, kamu bisa mengaktifkan:

  • Live chat pop-up: untuk menawarkan bantuan saat mereka terlihat bingung
  • Exit-intent pop-up: tampilkan penawaran menarik saat sistem mendeteksi mouse pengguna mengarah ke tombol close/tab

Contoh exit intent message:
“Sebentar! Ingin dapat gratis ongkir? Selesaikan pembelianmu sekarang.”

Tools yang bisa digunakan:

  • Intercom, Tawk.to, Crisp (untuk chat)
  • OptinMonster, Sleeknote (untuk pop-up)

5. Optimalkan Landing Page Checkout

Langkah ini bersifat preventif agar abandoned cart tidak terjadi dari awal.

Terapkan prinsip UX (user experience) di halaman checkout seperti:

  • Tampilkan progress bar
  • Gunakan font dan tombol yang jelas
  • Beri pilihan “checkout sebagai tamu”
  • Tampilkan logo metode pembayaran terpercaya (Visa, OVO, ShopeePay)
  • Tambahkan badge keamanan: SSL Secure, 100% Safe Checkout, dll.

Sehingga strategi mengatasi abandoned cart tidak hanya soal “mengejar” pembeli yang kabur, tetapi juga tentang menciptakan pengalaman belanja yang cepat, jelas, dan meyakinkan sejak awal.

Dengan kombinasi retargeting, email reminder, kepercayaan melalui testimoni, dan perbaikan sistem checkout, bisnis online bisa meningkatkan tingkat konversi secara signifikan.

Jika ingin terapkan strategi ini secara terukur untuk bisnis kamu, Rocket Digital Agency siap bantu mengoptimalkan funnel konversi, mulai dari tracking data hingga campaign digital!

Konsultasi gratis sekarang!

Penulis: Meilanda A.P